Selamat datang di website Gereja Kristen Pantekosta Yerusalem cabang Tangerang. Kerinduan Kami, Anda mendapatkan berkat melalui website ini, baik dalam hal materi saat teduh, artikel-artikel kerohanian, program-program, misi, jadwal ibadah, maupun info-info penting lainnya.
Selamat menelusuri media informasi ini untuk semakin mengenal Jemaat GKPY cabang Tangerang beserta ranting-rantingnya. Semoga menjadi berkat buat saudara/i. Tuhan Yesus memberkati.
Untuk masuk ke dalam manifestasi Kerajaan Sorga, kita memerlukan kebenaran yang melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Agar dapat memiliki kebenaran yang melampaui ini, kita perlu menjadi orang yang lapar dan haus akan kebenaran. Kita perlu menjadi orang yang mendambakan, mengasihi, menuntut, dan mengejar kebenaran (Mat. 5:6, 10, 20). Di hadapan Allah, kebenaran para ahli Taurat itu lebih rendah, karena kebenaran tersebut adalah kebenaran yang berdasarkan hukum Taurat. Kebenaran kita tidak seharusnya berdasarkan hukum Taurat yang lama, melainkan berdasarkan hukum Taurat yang baru.
Menurut pengalaman kita, hidup alamiah kita tidak mampu mencapai kebenaran yang unggul ini. Hanya Kristus yang dapat memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat yang baru. Semakin kita bertumbuh, kita semakin menyadari bahwa kita memiliki satu hidup di dalam kita yang dapat melakukan hal tersebut. Tetapi, Raja ini memerlukan kerja sama kita. Kita harus menjadi orang yang lapar dan haus akan Dia. Inilah rahasia agar hidup kita dipuaskan. Kebenaran dalam Matius 5:6 sebenarnya adalah Kristus. Dialah kebenaran itu (Yoh. 14:6), kebenaran yang unggul, yang berada pada taraf yang paling tinggi. Apabila kebenaran ini kita perhidupkan, maka akan dihasilkan damai sejahtera dan sukacita, baik dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam kehidupan keluarga kita, maupun dalam kehidupan gereja kita. Karena Kristus adalah satu-satunya kebenaran, bahkan yang tertinggi, maka kita harus mengejar Dia. Inilah jalan untuk dipuaskan.
Allah sedang menunggu bejana kita kosong. Jika kekosongan bejana kita itu tidak terbatas, niscaya Roh Kudus akan memberikan kepada kita kelimpahan yang tidak terbatas juga. Bisa atau tidaknya kita beroleh berkat dari Roh Kudus, tergantung pada diri kita sendiri. Bila kita mempunyai wadah kosong, mau meluangkan tempat bagi Roh Kudus, mau memberi kedudukan agar Roh Kudus bekerja, kita pasti akan mendapat berkat dari Roh Kudus.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Korintus pasal 7 – 9
“Kristus adalah satu-satunya kebenaran, bahkan yang tertinggi, maka kita harus mengejar Dia. Inilah jalan untuk dipuaskan.”
Shalom..
Sebagai anak-anak terang, seharusnya kehidupan kita memancarkan hidup dan sifat Kristus, sehingga dengan melihat kehidupan kita sehari-hari, orang lain tahu bahwa kita adalah anak-anak Kerajaan Sorga.
Tetapi persoalannya adalah, seringkali hidup kita justru tidak mencerminkan kemuliaan Tuhan.
Sebagai umat Kerajaan, seharusnya kita memiliki sifat murah hati / belas kasihan terhadap orang lain; kita harus ketat terhadap orang lain, tetapi bermurah hati terhadap orang lain.
Kita juga harus memiliki hati yang murni, yang hanya menginginkan Allah, yang hatinya tertuju kepada Allah saja. Dengan demikian akan mengalami Allah dalam kehidupan kita setiap hari.
Umat kerajaan adalah pembawa damai, menjadi pendamai; bukan sebaliknya, justru kita menjadi pemecah belah. Sifat inilah yang menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Bagaimana dengan penganiayaan karena kebenaran? Karena ketika kita mau sungguh-sungguh mencari dan mengejar kebenaran, tidak sedikit justru penganiayaan yang akan kita terima.
Bagaimana kita dapat memiliki kehidupan yang demikian?
Mengapa kita harus memiliki kehidupan yang demikian?
Biarlah melalui renungan minggu ini kita semakin diubahkan semakin serupa Kristus. GBU.
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Korintus pasal 10 – 13
Berlaku benar / adil terhadap orang berarti memberikan apa yang berhak diterimanya, sedangkan berbelas kasihan / murah hati berarti memberikan kepada orang lain lebih banyak daripada apa yang layak ia terima. Bagi Kerajaan Sorga, kita tidak hanya perlu berlaku benar / adil, melainkan juga berbelas kasihan / murah hati. Jika kita berbelas kasihan / murah hati kepada orang lain, maka Tuhan akan memberikan rahmat-Nya kepada kita (2 Tim. 1 : 16, 18), terutama di takhta penghakiman-Nya. Yakobus 2 : 13 berkata: “Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.”
Allah kita bukanlah Allah yang kejam, melainkan Allah yang berbelas kasihan / murah hati. Allah telah menyatakan diri-Nya dengan berbagai perbuatan baik kepada kita (Kis. 14 : 17). Segala sesuatu adalah pemberian-Nya, bahkan diberikan-Nya dengan cuma-Cuma, dengan murah hati, dan dengan tidak membangkit-bangkit (Yak. 1 : 5). Karena itu, sebagaimana Allah telah berbelas kasihan / murah hati terhadap kita, Ia pun menghendaki kita berbelas kasihan / murah hati terhadap orang lain.
Matius 5 : 7 katakan, “Berbahagialah orang yang berbelas kasihan (murah hati), karena mereka akan beroleh belas kasihan (kemurahan).” (LAI 1997). Asalnya kita adalah orang yang lemah, penuh kegagalan, dan sering jatuh. Tetapi Allah telah menunjukkan belas kasihan / kemurahan-Nya dengan menyelamatkan kita. Sekarang Ia ingin kita pun berbelas kasihan / murah hati kepada orang lain. Mengapa kita mudah menghakimi orang lain? Karena kita kurang mengenal diri sendiri. Kalau kita mengenal diri sendiri, kita pasti tidak akan menghakimi saudara kita yang lemah. Karena itu, marilah kita belajar menempuh hidup yang ketat terhadap diri sendiri dan menaruh belas kasihan / kemurahan hati kepada orang lain.
Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Samuel pasal 1 – 3
“Kalau kita mengenal diri sendiri, kita pasti tidak akan menghakimi saudara kita yang lemah.”
Tuhan berjanji kepada kita bahwa siapa yang menaruh belas kasihan / kemurahan hati terhadap orang lain, ia sendiri akan beroleh belas kasihan / kemurahan (Mat. 5 : 7). Jika hari ini kita menghakimi saudara kita tanpa belas kasihan, kita tidak akan memperoleh rahmat di takhta penghakiman Kristus (Yak. 2 : 13). Tetapi jika kita berbelas kasihan / murah hati kepada saudara kita, Tuhan akan bermurah hati kepada kita di takhta penghakiman-Nya. Jadi, sebagai umat kerajaan, kita harus dengan sangat serius dalam menanggulangi diri sendiri, tetapi sangat berbelas kasihan dalam menanggulangi orang lain; tidak menuntut orang lain menurut ukuran dan standar kita.
Sangatlah keliru bila seorang Kristen menuntut saudaranya sendiri atau menghakiminya. Jika kita benar-benar disiplin terhadap diri sendiri, kita akan mengetahui bagaimana caranya berbelas kasihan / bermurah hati terhadap orang lain. Jika seorang saudara selalu bangun kesiangan setiap hari, maka ia akan dengan mudah “berbelas kasihan” terhadap orang lain yang juga bangunnya kesiangan setiap hari. Tetapi ini bukanlah belas kasihan yang benar. Hanya orang yang disiplin, yaitu orang yang benar, yang mengetahui bagaimana caranya berbelas kasihan / bermurah hati dengan benar.
Terhadap diri sendiri, kita seringkali memaafkan dan mengampuni. Misalnya, kita mudah menuntut orang untuk datang beribadah tepat waktu, tetapi kita sendiri sering terlambat. Kemudian kita akan memaafkan diri sendiri dengan mengutarakan banyak alasan. Jika kita ingin berbelas kasihan / murah hati terhadap orang lain, maka pertama-tama kita harus benar terhadap diri sendiri. Umat kerajaan adalah orang-orang yang benar / adil terhadap diri sendiri dan berbelas kasihan terhadap orang lain. Kedisiplinan kita harus dibarengi dengan belas kasih kita terhadap mereka yang lemah.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Samuel pasal 4 – 6
“Kita harus dengan sangat serius dalam menanggulangi diri sendiri, tetapi sangat berbelas kasihan dalam menanggulangi orang lain.”
Berlaku benar adalah terhadap diri sendiri; berbelas kasihan adalah terhadap orang lain; sedangkan murni dalam hati (pure in heart, KJV) adalah terhadap Allah. Terhadap diri sendiri, kita harus serius dan ketat. Terhadap orang lain, kita harus bermurah hati, memberikan lebih banyak daripada yang layak mereka terima. Terhadap Allah, hati kita harus murni, tidak menuntut apa pun selain Dia. Bila kita demikian, maka Allah akan menjadi pahala kita. Tidak ada pahala yang lebih besar daripada Allah sendiri.
Hati yang murni berarti hanya memiliki satu tujuan, satu sasaran; yaitu menyelesaikan kehendak Allah bagi kemuliaan-Nya (1 Kor. 10 : 31). Roh kita adalah organ untuk menerima Kristus (Yoh. 1 : 12; 3 : 6), sedangkan hati kita adalah tanah tempat Kristus bertumbuh sebagai benih hayat (Mat. 13 : 19). Bagi Kerajaan Sorga, kita perlu miskin di dalam roh, kosong di dalam roh, agar kita dapat menerima Kristus. Demikian pula, kita perlu hati yang murni, memiliki satu tujuan, agar Kristus dapat bertumbuh di dalam kita tanpa halangan. Jika hati kita murni dalam mencari Allah, kita akan melihat Allah. Melihat Allah adalah upah bagi orang-orang yang murni hatinya. Berkat ini untuk hari ini, juga untuk zaman yang akan datang.
Dalam pengalaman rohani, hati yang murni juga meliputi memiliki hati Nurani yang murni. Paulus adalah seorang yang hidup dengan hati Nurani yang murni di hadapan Allah (Kis. 23 : 1). Bila hati nurani kita tidak murni, kita tidak dapat memiliki keberanian untuk menghadap Allah. Begitu kita tidak memiliki keberanian untuk menghadap Allah, segera itu pula hubungan atau persekutuan kita dengan Dia akan terhambat. Ketidakmurnian hati nurani paling mudah menghambat persekutuan kita dengan Allah. Hanya “hati nurani yang murnilah” yang dapat “melayani Allah” (2 Tim. 1 : 3). Inilah jalan kita untuk melihat Allah.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Samuel pasal 7 – 9
“Bila hati nurani kita tidak murni, kita tidak dapat memiliki keberanian untuk menghadap Allah.”
Murni hati (pure in heart, KJV) berarti hati yang hanya mau Allah, hati yang hanya tertuju kepada Allah. Dalam dunia ini, banyak sekali hal di luar Allah yang dapat membuat hati kita tidak murni. Tetapi apabila dalam hati kita tidak ada sesuatu yang lain selain Allah, maka hati yang demikian akan membuat kita berjumpa dengan Allah dan menerima terang. Allah adalah terang (1 Yoh. 1 : 5), karena itu melihat Allah berarti juga melihat terang. Hati yang murni adalah syarat untuk melihat terang. Hanya orang yang murni hatinya yang dapat melihat terang. Kita dapat mengibaratkan Allah sebagai matahari dan hati kita sebagai sebuah cermin. Kalua cermin ini mau memantulkan sinar matahari, cermin ini harus mengarah kepada matahari. Begitu cermin ini mengarah ke arah yang salah, ia segera kehilangan terang. Begitu hati kita mengalah kepada hal-hal di luar Allah, maka seketika itu pula batin kita gelap gulita.
Ada seorang saudari, walaupun air matanya terus mengalir karena sedih, tetapi ia tetap dapat memuji Tuhan. Mengapa demikian? Ini dikarenakan hatinya tertuju kepada Allah. Ia berada di dalam terang, sehingga tidak ada perkara apa pun yang dapat membuatnya tersandung jatuh. Hatinya tertuju kepada Allah, bukan tertuju kepada masalah yang menimpanya. Tidak peduli betapa berat masalah yang ia hadapi, ia tidak menyalahkan orang lain, ia tidak mencela siapapun. Ia hanya bisa menangis sambil memuji Allah. Hatinya benar-benar tertuju kepada Allah. Ia adalah seorang yang murni hatinya.
Ada pula seorang saudara yang hatinya “mencintai” uang. Saudara tersebut pastilah berada dalam kegelapan, karena hatinya tidak tertuju kepada Allah, tetapi kepada uang. Tidak hanya uang, bahkan pekerjaan, pelayanan, karunia-karunia yang Allah anugerahkan kepada kita, bakat-bakat yang Allah berikan kepada kita, juga dapat “menjerumuskan” kita ke dalam kegelapan, apabila hati kita tertuju kepada hal-hal itu, bukan kepada Allah.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Samuel pasal 10 – 12
“Murni hati berarti hati yang hanya mau Allah, hati yang hanya tertuju kepada Allah.”
Demi Kerajaan Sorga, dibawah pemerintahan sorgawi-Nya, kita harus menjadi orang yang membawa damai. Matius 5 : 9 berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Kita adalah bejana yang diciptakan untuk menjadi ekspresi-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, terhadap orang lain, kita harus berlaku benar, terhormat, adil, suci, dan memiliki reputasi baik. Kita tidak seharusnya menjadi penentang atau pengacau, sebaliknya, kita harus menjadi pembawa damai, selalu berdamai dengan orang lain. Jika kita menjadi orang yang membawa damai, kita akan disebut anak-anak Allah. Anak-anak Iblis selalu membuat kekacauan, tetapi anak-anak Allah selalu membuat pendamaian.
Bapa kita adalah Allah sumber damai sejahtera (Rm. 15 : 33; 16 : 20), memiliki hayat yang penuh damai dengan sifat yang pendamai. Sebagai orang-orang yang dilahirkan dari Allah, jika kita ingin menjadi rang-orang yang membawa damai, kita harus berjalan dalam hayat ilahi_nya dan bertindak berdasarkan sifat ilahi-Nya. Menjadi seorang pembawa damai tidak sama dengan menjadi orang yang berpolitik. Kita harus jujur, tidak berpolitik. Meskipun kita jujur, kita tetap berbelaskasihan terhadap orang lain. Ini memungkinkan hati kita murni di hadapan Allah sehingga melihat Allah.
Allah dalam keselamatan-Nya telah memanggil kita kepada-Nya di dalam ruang lingkup damai sejahtera. Ia menghendaki kita hidup di dalam damai sejahtera ini. Perselisihan dan persaingan adalah ciri-ciri dari kehidupan manusia yang telah jatuh. Kita harus selalu memelihara perdamaian dimanapun kita berada, dilingkungan rumah, di kantor, ataupun di sekolah. Orang Kristen seharusnya disebut sebagai pembawa damai bukan pembawa masalah.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Samuel pasal 13 – 15
“Jika kita menjadi orang yang membawa damai, kita akan disebut anak-anak Allah. “
Matius 5 : 10 mengatakan, “Berbahagialah orang yang dianiaya karena kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (TL). Setiap aspek dari dunia penuh dengan ketidakbenaran. Demi Kerajaan Sorga kita perlu membayar harga atas kebenaran yang kita cari. Banyak orang percaya yang karena sekuatnya mencari kebenaran, lalu mengalami aniaya. Misalnya, dalam lingkungan pekerjaan kita, kita mengetahui ada sesuatu yang tidak beres, ada suatu ketidakbenaran. Tetapi karena kita bermaksud bertindak menurut kebenaran, tidak jarang justru aniayalah yang kita terima.
Jika kita mencari kebenaran dengan membayar harga, Kerajaan Sorga akan menjadi milik kita, baik dalam realitas maupun dalam manifestasinya pada zaman yang akan datang. Sebaliknya, jika kita tidak tinggal dalam kebenaran, kita akan berada di luar kerajaan, karena kerajaan mutlak adalah masalah kebenaran (Rm. 14 : 17). Matius 5 : 11 mengatakan, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” Jika kita hidup oleh Kristus, untuk Kristus, dan dengan Kristus, kita akan dicela, dianiaya, dan difitnah. Jika kita benar-benar mengejar Kristus, banyak orang akan bangkit melawan kita, mencela dan memfitnah kita dengan jahat.
Selanjutnya Tuhan Yesus berkata, “Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Mat. 5 : 12). Apakah yang membuat kita dapat bertahan dalam penganiayaan? 2 Korintus 4 : 9a mengatakan, “Kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian.” Walau ada aniaya, janganlah tawar hati. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Kasih karunia-Nya senantiasa menyertai dan menopang kita. Kekuatan ini sanggup membuat kita bertahan dalam penganiayaan, membuat kita setia bertahan sampai akhir (Why. 2 : 10).
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Samuel pasal 16 – 18
“Kristus adalah satu-satunya kebenaran, bahkan yang tertinggi, maka kita harus mengejar Dia. Inilah jalan untuk dipuaskan.”
Shalom..
Sebagai orang percaya, penting untuk kita mengenal siapa diri kita setelah menjadi percaya. Kita tidak lagi sama, dan kita memiliki fungsi di tengah-tengah dunia ini.
Dalam Matius 5 : 13 – 16, alkitab katakan bahwa kita adalah garam dunia dan terang dunia. Setelah kita lahir baru dan diselamatkan, maka kita adalah garam dan terang dunia. Ini bukanlah pilihan.
Tinggal persoalannya adalah, apakah kita menjadi tawar atau berfungsi? Apakah terang kita bercahaya di depan orang atau justru tidak terlihat?
Di tengah dunia yang gelap dan merosot ini, kehadiran orang percaya sebagai garam dan terang dunia sangatlah diperlukan. Karena itu, janganlah orang percaya malah sebaliknya menjadi sama dengan dunia ini.
Bagaimanakah hidup kita sebagai garam dan terang dunia di tengah-tengah dunia ini?
Seperti apakah hubungan kita sebagai orang percaya dengan dunia ini?
Biarlah melalui renungan kita minggu ini kita semakin dapat mengenal diri kita di dalam Kristus, dan semakin mengenal Kristus bagi kita. GBU.
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Samuel pasal 19 – 21
Umat Kerajaan Sorga adalah garam dunia. Apakah fungsi dari garam dunia? Fungsi garam adalah mengawetkan sesuatu yang telah mati agar tidak membusuk dan berbau. Kalau kita mengamati dunia ini, kita akan menyadari bahwa isi dunia ini sedang dalam proses membusuk. Dalam keadaan yang demikian, keberadaan orang percaya diperlukan. Kehadiran kita menghambat proses pembusukan yang lebih lanjut, bukan dengan mengubah masyarakat atau mengubah undang-undang, melainkan dengan menyelamatkan jiwa. Semakin banyak jiwa yang diselamatkan, semakin lambat proses pembusukan dunia ini. Hari ini Tuhan hanya memberi kita wewenang untuk melakukan pekerjaan menyelamatkan jiwa, bukan untuk melakukan pergerakan sosial yang radikal.
Ketika Kristus datang untuk pertama kalinya, Ia hanya memperhatikan menyelamatkan jiwa. Ia tidak menanggulangi dunia atau sistemnya, juga tidak membenahi masalah kemasyarakatan. Kedatangan-Nya yang pertama adalah membereskan masalah rohani, bukan masalah materi. Tanggung jawab kita sebagai orang Kristen hanya berfokus pada apa yang Allah perhatikan. Kita hanya melakukan pekerjaan yang Kristus lakukan - menyelamatkan jiwa.
Sudahkah keberadaan kita menebarkan pengaruh bagi jiwa-jiwa di sekitar kita? Mungkin banyak orang di sekeliling kita menempuh hidup yang tidak benar. Di kantor ada yang korupsi, di sekolah banyak yang menyontek, teman-teman kita mungkin terus hidup dalam dosa. Adakah karena kesaksian hidup kita, mereka bertobat? Kesaksian Injil harus terus bergulir melalui kita hingga kedatangan Tuhan. Kita wajib mendoakan jiwa-jiwa seorang demi seorang di hadapan Allah, dan kemudian memimpin mereka kepada Tuhan. Inilah jalan yang tepat untuk menunaikan fungsi kita sebagai garam dunia.
Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 2 Samuel pasal 22 – 24
“Sudahkah keberadaan kita menebarkan pengaruh bagi jiwa-jiwa di sekitar kita?”
Walau hakikat dari umat kerajaan adalah garam dunia, namun ada kemungkinan mereka menjadi tawar. Menjadi tawar berarti kehilangan fungsi untuk mengasinkan sehingga menjadi sama seperti orang dunia dan tidak berbeda dengan orang yang tidak percaya. Garam yang sudah menjadi tawar tidak berguna. Istri Lot merupakan contoh atas hal ini (Kej. 19:26). Karena merasa sayang akan hartanya, ia menoleh ke belakang dan menjadi tiang garam. Ia adalah lambang dari garam yang telah hilang kegunaannya. Tuhan Yesus berfirman bahwa kita sebagai orang-orang yang beroleh selamat dan dilahirkan kembali adalah garam dunia (Mat. 5:13). Tetapi kalau kita telah menjadi tawar (Luk. 14:34), kita menjadi tidak berguna, baik bagi Allah maupun bagi manusia. Keadaan ini sungguh memalukan.
Dalam Matius 5:13, sang Raja mengatakan bahwa garam yang kehilangan rasanya akan dibuang dan diinjak-injak orang. Dibuang berarti diletakkan di luar Kerajaan Sorga (Luk. 14:35). Diinjak-injak orang berarti diperlakukan seperti debu yang tidak berguna. O, betapa menyedihkannya nasib kita kelak bila hari ini kita kehilangan fungsi kita sebagai garam dunia. Garam yang telah menjadi tawar tidak berarti kaum beriman telah jatuh dalam kemurtadan, sebaliknya hal itu berarti bahwa mereka telah kehilangan cita rasa yang membedakan mereka dari orang-orang di dalam dunia. Mereka berpakaian sama dengan cara orang-orang dunia berpakaian. Tak heran banyak umat kerajaan yang jatuh di dalam perkara ini. Dalam banyak hal, kita menjadi tidak berbeda dengan orang dunia yang tidak mengenal Allah.
Sebagai umat kerajaan, perkataan kita juga senantiasa perlu digarami (Kol. 4 : 6). Setiap perkataan yang keluar dari mulut kita haruslah penuh dengan kasih karunia untuk membangun, bukan untuk melukai. Perkataan yang demikian akan menjaga kita hidup dalam perdamaian dengan orang lain (Mrk. 9 : 50).
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: Galatia pasal 1 – 3
“Dalam banyak hal, seringkali kita menjadi tidak berbeda dengan orang dunia yang tidak mengenal Allah.”
Umat kerajaan bukan hanya garam dunia, tetapi juga terang dunia. Apakah yang dimaksud dengan “terang”? Dalam Alkitab hanya ada satu tempat yang menunjukkan makna terang, yaitu di Efesus 5:13. Di sana dikatakan, “Sebab semua yang nampak adalah terang.” Terang selalu menyingkapkan sesuatu. Menjadi terang dunia berarti menyingkapkan keadaan orang-orang di sekitar kita. Misalnya, orang-orang di sekitar kita adalah pemabuk dan dalam sehari-harinya mereka tidak merasakan itu sebagai hal yang tidak wajar, tidak benar. Namun dengan kehadiran kita sebagai terang dunia, ketidakbenaran mereka tersingkap. Mungkin orang-orang di sekitar kita adalah kaum penjudi yang tidak merasa bahwa berjudi itu tidak benar, tetapi karena kita di sana, tersingkaplah ketidakbenaran mereka. Menyadari kehadiran kita dan melihat cara hidup kita yang benar, keadaan mereka yang gelap tersingkap.
Penyingkapan ini bukan karena teguran atau nasihat, melainkan karena apa adanya kita. Di mana ada terang, kegelapan tersingkir, dan apa yang tadinya tersembunyi dalam gelap, kini tersingkap. Menjadi terang dunia bukanlah suatu pergerakan untuk merubah masyarakat, atau mengubah sistem-sistem dalam masyarakat. Menjadi terang dunia berarti tadinya orang-orang tidak tahu bahwa yang mereka lakukan adalah jahat dan tidak benar, tetapi kehadiran kita sebagai orang Kristen menyingkapkan kejahatan mereka, mengungkapkan ketidakbenaran mereka. Terang akan menyingkapkan segalanya.
Dalam hakikatnya, umat kerajaan adalah garam yang menyembuhkan dunia yang bobrok. Dalam perilakunya, umat kerajaan adalah terang, kota yang terletak di atas gunung, yang tidak mungkin tersembunyi. Orang Kristen yang penuh dengan terang adalah orang Kristen yang normal; sebaliknya orang Kristen yang tidak memiliki terang adalah orang Kristen yang tidak normal.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: Galatia pasal 4 – 6
“Orang Kristen yang tidak memiliki terang adalah orang Kristen yang tidak normal.”
Banyak orang Kristen memahami Matius pasal 5 – 7 hanya secara individual. Pengumuman undang-undang Kerajaan Sorga ini bukanlah sekedar untuk individu-individu, melainkan juga untuk umat korporat. Terang yang disebutkan dalam Matius 5:14 ini bukan sekedar pribadi yang individu, melainkan sebuah kota yang terbangun. Ini menunjukkan bahwa umat kerajaan perlu terbangun. Jika kaum beriman dalam gereja di tempat kita tidak terbangun, melainkan berserakan, terpecah belah, dan terpisah-pisah, maka tidak akan ada “kota” di sana. Asalkan tidak ada kota, di sana pun tidak akan ada terang, sebab terang itu adalah kota.
Ketika Tuhan Yesus hidup di bumi Dia dapat dengan berani mengatakan, “Akulah terang dunia” (Yoh. 8:12). Pernyataan-Nya sama sekali tidak mengejutkan kita. Namun yang paling mengejutkan adalah Dia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kamu adalah terang dunia” (Mat. 5:14). Dia bukan menganjuri kita untuk menjadi terang itu; tetapi Dia menegaskan bahwa kita adalah terang dunia. Tidak peduli kita membawa terang kita ke depan orang supaya dilihat orang, atau menyembunyikannya dari orang, kita adalah terang dunia.
Sejak kita diselamatkan, hidup Allah telah ditanamkan ke dalam kita. Hidup ini adalah sumber terang yang dirancang oleh Allah dan berfungsi untuk menyatakan kegelapan dunia dan menerangi orang dunia, supaya mereka melihat keadaan dunia yang sesungguhnya. Sebab itu Yesus selanjutnya berkata, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat. 5:16). Dari sini kita melihat dengan jelas, bahwa dunia yang gelap ini memerlukan kita, memerlukan terang. Hanya terang yang dapat menghilangkan kegelapan batiniah manusia, menyembuhkan kebutaan batiniah manusia, sehingga manusia bisa melihat. Hanya terang yang bisa membereskan kegelapan dan kebutaan hidup manusia.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 1 Raja-raja pasal 1 – 3
“Tidak peduli kita membawa terang kita ke depan orang, atau menyembunyikannya dari orang, kita adalah terang dunia.”
Pelita seharusnya diletakkan di atas kaki dian, bukan diletakkan di bawah gantang. Pelita yang diletakkan di bawah gantang tidak mungkin dapat memancarkan terang. Umat kerajaan sebagai pelita yang bercahaya seharusnya tidak ditutup oleh gantang. Pada zaman dahulu, gantang adalah suatu takaran untuk biji-bijian, sesuatu yang berhubungan dengan makanan, berkaitan dengan masalah nafkah. Gantang mengacu kepada kekhawatiran akan penghidupan atau sumber nafkah (Mat. 6:25). Jadi, menutup pelita di bawah gantang menunjukkan kekhawatiran kita akan nafkah. Jika sebagai orang Kristen, kita khawatir akan nafkah kita, khawatir akan jumlah uang yang kita peroleh, maka kekhawatiran itu akhirnya akan menjadi gantang yang menutupi terang kita.
Untuk menerangi orang lain secara lahiriah, kita wajib dibangunkan sebagai suatu kota di atas gunung. Tetapi untuk menyinari mereka secara batiniah, kita perlu keluar dari dalam selubung kita. Ini menunjukkan bahwa umat kerajaan seharusnya hidup tanpa kekhawatiran. Dari pengalaman kita tahu bahwa ketidakkhawatiran kita bisa menggerakkan orang, bisa menjamah orang. Jika setiap kali orang yang berkontak dengan kita merasakan bahwa kita selalu bergembira dan menikmati Tuhan, mereka akan terkesan. Orang dunia selalu dipenuhi dengan kekhawatiran dan tercengkeram dengan segala macam kerisauan, senantiasa takut kalau sewaktu-waktu kehilangan pekerjaan mereka atau khawatir akan dipersulit oleh atasan mereka.
Tetapi umat kerajaan berbeda. Terang umat kerajaan seharusnya tidak tertutup oleh gantang. Kita seharusnya hanya memperhatikan Kristus dan kerajaan-Nya. Dengan cara hidup yang demikian, kita akan menjamah hati orang lain dan menyinari manusia batiniah mereka yang penuh dengan kekhawatiran.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 1 Raja-raja pasal 4 – 6
“Tetapi untuk menyinari mereka secara batiniah, kita perlu keluar dari dalam selubung kita. “
Terang lahiriah umat kerajaan bersifat umum dan semua orang dapat melihatnya. Masyarakat dapat melihat adanya sekelompok orang yang terbangun, karena mereka bagaikan kota terletak di atas gunung dan bersinar. Sebaliknya terang batiniah itu bersifat khusus dan lebih pribadi. Bila kita adalah umat kerajaan yang normal, kita akan memiliki dua terang ini. Pertama, kita bagaikan sebuah kota di atas gunung yang menerangi semua orang yang berada di sekeliling kita. Kedua, kita akan menjadi umat yang bersukacita, umat yang tidak khawatir akan nafkahnya. Dengan jalan inilah kita menyinari orang secara batiniah. Penerangan yang batiniah inilah yang menembus batin orang dan membuat mereka percaya.
Pada akhirnya, kedua aspek terang kita akan memuliakan Bapa. Matius 5:16 mengatakan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” Sebutan Bapa membuktikan bahwa murid-murid, adalah anak-anak Allah (Yoh. 1:12; Gal. 4:6). Pekerjaan baik di sini adalah perilaku umat kerajaan. Melalui perilaku ini, orang-orang dapat melihat Allah dan dibawa kepada-Nya. Terang kita akan memuliakan Bapa, sebab terang ini mengekspresikan apa adanya Allah.
Kemuliaan adalah Allah yang terekspresi. Ketika kita mengekspresikan Allah dalam perilaku dan perbuatan baik kita, maka orang-orang akan melihat Allah dan memuliakan-Nya. Allah kita adalah Allah yang tersembunyi. Tetapi ketika Allah diekspresikan, itulah kemuliaan-Nya. Jika sebagai umat kerajaan kita memiliki terang yang bersinar, Allah akan diekspresikan, dan semua orang yang di sekeliling kita akan melihat kemuliaan Allah. Dari luar dan dalam kita bercahaya mengekspresikan Allah, membiarkan Allah menyatakan kemuliaan-Nya dalam pandangan orang lain. Kiranya kita memancarkan pengaruh yang sedemikian kepada semua orang yang berada di sekitar kita, sehingga mereka percaya.
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
BACAAN ALKITAB SETAHUN: 1 Raja-raja pasal 7 – 9
“Ketika kita mengekspresikan Allah dalam perilaku dan perbuatan baik kita, maka orang akan melihat Allah & memuliakan-Nya.”
Copyrights © 2025 All Rights Reserved by Lorexad